PALU, .ID – Palu terancam dikepung wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi, jika sendainya hasil pemeriksaan sampel wilayah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) dinyatakan positif. Demikian diungkapkan, Kepala UPT Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah, drh.Erwin Hurudji, menyikapi melonjaknya wabah PMK ternak sapi di Kabupaten Donggala, Senin (6/2/2023).

“Saat ini, Donggala sudah terpapar wabah, dan saat ini kita masih menunggu hasil pemeriksaan sampel dari Kabupaten Sigi dan Parmout, jika hasilnya positif, maka wilayah kita akan dikepung daerah-daerah yang terinfeksi PMK. Akibatnya di sektor peternakan tidak berjalan,”jelas Erwin.

Menurutnya, untuk wilayah Sulteng, hanya dua kabupaten yang dinyatakan zona hijau wabah PMK yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut, sementara wilayah lainnya dikategorikan zona kuning dan merah.

“Jika semua daerah dikonfirmasi positif PMK, maka wilayah Palu akan kesulitan mendapatkan pengadaan maupun sumber bibit ternak sapi, karena pastinya masing-masing wilayah akan melakukan blokade secara ketat,”jelasnya.

Dia mengatakan, Kabupaten Donggala masuk dalam kategori zona merah wabah PMK, setelah dirinya bersama tim melakukan pemantauan di wilayah Kecamatan Sirenja, Minggu (5/2/2023). Menurutnya prevelensi kasus PMK di wilayah itu mencapai 90 persen, karena hanya dua desa yang dinyatakan negative dari kasus PMK dari 13 desa yang ada.

Menurut Erwin, langkah yang saat ini dilakukan dalam mengantisipasi beredarnya wabah ini di Palu,pihaknya bersama Asosiasi Peternak Sapi, dan Unggas (APSIKU) dalam waktu dekat ini akan melaksanakan pertemuan dan menggagas strategi yang akan dilakukan untuk mencegah wabah PMK semakin meluas di Sulteng.

Berdasarkan data yang ada, jumlah kasus PMK di sejumlah kabupaten tertanggal 6 Februari 2023 yakni Kabupaten Morowali kasus aktif total 99 kasus, kasus baru tidak ada, kematian 4, sembuh 95, sisa kasus aktif di lapangan tidak ada; kemudian Morowali Utara  kasus aktif total 144, kasus baru tidak ada, kematian 15, potong paksa 1, sembuh 128, sisa kasus aktif tidak ada; Kabupaten Poso kasus aktif total 1, kasus baru tidak ada, sembuh 1, sisa kasus di lapangan tidak ada; Kabupaten Tolitoli kasus aktif 38, kematian 3, kasus baru 8, sisa kasus aktif di lapangan 35 kasus, sementara Kabupaten Donggala kasus aktif 980 kasus, kematian 1, kasus baru 304, sembuh 134, sisa kasus aktif 845 kasus.

Olehnya Erwin mengimbau kepada seluruh peternak, agar segera melaporkan kepada petugas atau penyuluh di wilayah masing-masing, atau langsung ke Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng, jika menemukan gejala-gejala PMK pada ternak. Juga dibutuhkan kerja sama seluruh pihak, agar bersinergi mencegah beredarnya wabah PMK di Sulteng.

Sebelumnya, Asosiasi Peternak Sapi dan Unggas (APSIKU) Provinsi Sulteng (Sulteng), sangat menyesalkan keberadaan Satgas PMK yang tidak tegas, sehingga banyak sapi yang tertular Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

“Kami bersama Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng melakukan kunjungan ke wilayah Barat, ternyata kami dapatkan 90 persen sapi di Desa Balintuma, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, sudah terinfeksi PMK. Ini bahaya,” tegas Ketua APSIKU Sulteng, Nasir Husen, Minggu (5/2/2023) siang di Palu.

Celakanya lagi, kata Nasir Husen, sapi-sapi dari Barat itu sudah masuk ke Palu. Artinya, kata dia, petugas check point (titik pemeriksaan) di pintu masuk Pantoloan tidak tegas sehingga sapi dari Barat itu bisa lolos masuk ke Palu. “Kami menerima laporan, Sabtu, 4 Februari 2023 kemarin, sebanyak tiga truk sapi yang berhasil masuk Palu,” kata Nasir Husen.MS