SRIHARIKOTA, HAWA — Proba-3 ESA menggunakan dua satelit untuk menciptakan gerhana matahari buatan di orbit, guna meneliti korona matahari secara presisi. Tim peluncur Proba-3 mengirimkan misi ini ke orbit pada 5 Desember 2024 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India, menggunakan roket PSLV-XL.
Proba-3, singkatan dari Project for On-Board Autonomy 3, merupakan misi Badan Antariksa Eropa (ESA) yang bertujuan mengisi celah observasi antara 3 hingga 1,1 radii matahari. Kedua satelit—Occulter dan Coronagraph—beroperasi dalam formasi presisi dengan jarak 150 meter dan akurasi posisi hingga satu milimeter.
“Tidak ada cara lain untuk mencapai performa optik yang dibutuhkan Proba-3 selain dengan memiliki cakram penutup yang terbang di pesawat luar angkasa yang terpisah dan dikendalikan dengan hati-hati,” kata Joe Zender, seorang ilmuwan misi pada Januari 2025.
Dua satelit Proba-3 menciptakan gerhana buatan selama enam jam dalam setiap orbit 19,6 jam. Teknik ini memungkinkan instrumen mengamati bagian korona matahari yang sebelumnya sulit terjangkau oleh instrumen berbasis Bumi maupun luar angkasa.
Pada Mei 2025, ESA mengumumkan bahwa Proba-3 berhasil mencapai penerbangan formasi presisi.
“Dua satelit ini perlu mencapai akurasi posisi hingga ketebalan kuku jari sambil berjarak satu setengah lapangan sepak bola satu sama lain,” kata Damien Galano, manajer misi.
Selain itu, Andrei Zhukov dari Observatorium Kerajaan Belgia menjelaskan bahwa Proba-3 akan mengisi celah penting dalam pemantauan korona.
“Koronagraf saat ini tidak dapat mengamati wilayah antara 3 dan 1,1 radii matahari. Proba-3 bisa melakukannya,” ujarnya.
Misi ini merupakan hasil kolaborasi 14 negara anggota ESA dan NewSpace India Limited, yang menangani peluncuran. Proba-3 dirancang untuk berlangsung selama 2,5 tahun dan juga menguji teknologi penerbangan formasi untuk misi luar angkasa masa depan.
Dengan kemajuan tersebut, Proba-3 ESA menjadi pelopor dalam riset matahari dan teknologi satelit generasi baru yang beroperasi secara presisi di orbit.LIA