JAKARTA, HAWA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Selasa, 8 April 2025, IHSG anjlok 9,19% ke level 5.912,06 pada pukul 9.06 WIB. Akibat penurunan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara selama 30 menit.
Setelah dibuka kembali, IHSG masih melemah 8,82% ke level 5.936,26 hingga tengah hari.
Data dari Katadata.co.id mencatat, penurunan IHSG sebelumnya juga terjadi pada 18 Maret 2025, dengan pelemahan lebih dari 5% hingga menyentuh level 6.017 pada sesi pertama.
Penurunan tersebut memicu penghentian perdagangan sementara. Dikutip dari Katadata, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 31,2 triliun pada Februari 2025 menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kepercayaan investor.
“Penurunan IHSG lebih dari 5% dipengaruhi oleh defisit APBN yang mencapai Rp 31,2 triliun di Februari 2025,” tulis Katadata.
Selain itu, sentimen global turut berkontribusi pada tekanan terhadap IHSG. Penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs pada Maret 2025 memicu aksi jual besar-besaran oleh investor asing.
Menurut ITS.ac.id, salah satu pemicunya adalah penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs.
Investor asing yang menguasai 33% saham IHSG, senilai Rp 3.328 triliun per 7 Februari 2025 berdasarkan data OJK, tercatat melakukan penarikan dana signifikan.
Kondisi ini berbeda dengan pasar regional. Pada 17 Maret 2025, saat IHSG tertekan, indeks pasar global dan regional justru berada di zona hijau.
Sepanjang kuartal pertama 2025, IHSG telah melemah 8,04% dari awal tahun hingga ditutup pada level 6.510,62 pada 27 Maret 2025.
Kapitalisasi pasar BEI tercatat Rp 11.019 triliun pada periode tersebut.LIA