WASHINGTON, HAWA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan China di tengah eskalasi perang tarif antara kedua negara.
Pernyataan ini disampaikan melalui Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, pada Jumat, 11 April 2025.
“Presiden telah menjelaskan bahwa ia terbuka untuk kesepakatan dengan China.” Ia juga menyatakan bahwa Trump optimistis bisa mencapai kesepakatan, meskipun menambahkan, “Jika China terus membalas, itu tidak baik untuk China.” terang Leavitt.
Pada Kamis, (10/4), Trump mengungkapkan keinginannya untuk mengakhiri konflik perdagangan dengan China. “Saya ingin sekali mendapat kesepakatan dengan China,” katanya kepada wartawan di Gedung Putih. Namun, ia juga menyebut bahwa China telah memanfaatkan AS selama bertahun-tahun.
Perang tarif antara AS dan China semakin memanas. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif AS terhadap barang impor China kini mencapai 145%, termasuk tarif 125% ditambah 20% terkait isu penyelundupan fentanyl. Sebagai respons, China menaikkan tarif atas barang AS menjadi 125% mulai 12 April 2025, dari sebelumnya 84%.
Kementerian Keuangan China menyebut kebijakan tarif Trump sebagai “lelucon” dan menegaskan bahwa Beijing tidak akan tunduk pada tekanan. China juga berencana menantang tarif AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Hingga Jumat, belum ada negosiasi resmi antara kedua negara. Perwakilan perdagangan AS, Jamieson Greer, menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada pembicaraan.
Gedung Putih menyatakan telah menghubungi pejabat China untuk meminta Presiden Xi Jinping memulai pembicaraan dengan Trump, tetapi belum ada respons dari Beijing.
Eskalasi tarif ini memengaruhi pasar global. Pasar saham AS turun pada Kamis setelah pengumuman tarif, tetapi pulih sedikit pada Jumat. Indeks dolar AS melemah ke level terendah dalam tiga tahun, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke 4,5%.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada 11 April 2025 di Beijing. Xi mengusulkan kerja sama dengan Uni Eropa untuk melawan tindakan sepihak AS, tanpa menyebut Trump secara langsung.
Situasi perdagangan antara AS dan China masih menjadi perhatian dunia, berbagai dampak yang dirasakan di berbagai sektor ekonomi global.*/LIA