NEW YORK, HAWA — Pasangan New York mendapatkan anak pertama lewat sistem AI bernama STAR setelah berjuang selama hampir dua dekade menghadapi infertilitas akibat azoospermia.

Pasangan tersebut menggunakan nama samaran “Rosie” untuk sang istri yang kini berusia 38 tahun. Mereka memulai proses ini di Columbia University Fertility Center pada awal 2025. Sang suami mengalami azoospermia, yaitu kondisi medis yang membuat tidak ada sperma dalam ejakulasi. Kondisi ini memengaruhi sekitar 10% pria dengan gangguan kesuburan.

Tim dokter menggunakan teknologi STAR (Sperm Tracking and Recovery), sistem berbasis kecerdasan buatan yang mendeteksi sperma dalam jumlah sangat sedikit. Sistem ini menganalisis lebih dari 8 juta gambar dalam waktu kurang dari satu jam dan berhasil menemukan tiga sel sperma layak untuk proses fertilisasi in vitro (IVF).

Rosie menyampaikan bahwa mereka sudah kehabisan pilihan setelah bertahun-tahun mencoba berbagai metode.

“Kami selalu menjaga harapan tetap rendah setelah banyak kegagalan,” kata Rosie, pada Jumat, dikutip dari CNN.

Menurut Dr. Zev Williams, dokter di Columbia University Fertility Center, sistem ini menggunakan teknologi yang juga dipakai dalam pencarian kehidupan di luar angkasa.

“Dengan metode kami, banyak pria yang sebelumnya tidak memiliki peluang kini mendapatkannya,” ujarnya.

Biaya penggunaan STAR berkisar $3.000 atau sekitar Rp45 juta, tergantung kurs. Teknologi ini bekerja tanpa menggunakan bahan kimia keras atau laser, sehingga menjadi lebih aman dari metode konvensional.

Proses berlangsung pada Maret 2025. Rosie saat ini mengandung lima bulan dan diperkirakan akan melahirkan pada Desember 2025. Kehamilan ini menjadi yang pertama tercatat melalui teknologi STAR.

Pusat kesuburan Columbia University menyebut sistem ini mampu membantu banyak pasangan yang sebelumnya bergantung pada donor sperma atau prosedur invasif.LIA