PALU, HAWA – Jurnalis senior Sulawesi Tengah (Sulteng), Yardin Hasan, mengingatkan bahaya manipulasi informasi yang dilakukan oleh pihak-pihak berkepentingan melalui media yang tidak mengindahkan kaidah jurnalistik.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “Media Bodrex” yang merujuk pada media yang lebih berorientasi pada keuntungan semata dibandingkan dengan penyajian informasi yang akurat dan berimbang.
Dalam Pelatihan Jurnalistik Investigasi dan Liputan Korupsi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulteng di Swiss-Belhotel Palu, Senin (17/2), Yardin menekankan pentingnya integritas dalam praktik jurnalistik.
“Liputan investigasi membutuhkan waktu lama, kerja tim, dan metode yang ketat” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa investigasi sering kali menyasar kepentingan banyak pihak, sehingga jurnalis harus mampu menguji data secara cermat untuk menghasilkan laporan yang akurat.
Di tengah disrupsi digital, siapa pun kini dapat membuat dan memanfaatkan media untuk kepentingan pribadi, seperti branding atau penggiringan opini.
Hal ini membuat keberadaan media bodrex semakin marak, menyebabkan disinformasi serta berpotensi menyesatkan publik.
Fenomena ini juga menimbulkan tantangan bagi jurnalis profesional.
Kecenderungan menjadikan berita sebagai alat pemerasan tidak hanya merusak citra media, tetapi juga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pers.
“Kepercayaan adalah aset utama media. Jika publik tidak percaya, maka produk jurnalistik yang dihasilkan tidak akan dibaca” tambahnya.
Dalam konteks global, tekanan terhadap media independen juga semakin nyata.
Yardin mencontohkan bagaimana penangguhan dana USAID oleh pemerintahan Donald Trump berdampak pada kelangsungan media di Amerika Latin, yang pada akhirnya mengancam kebebasan pers.
Sebagai pilar demokrasi, media dituntut untuk tetap independen dan profesional.
Yardin menegaskan bahwa jurnalis harus lebih disiplin dalam mematuhi Undang-Undang Pers serta kode etik jurnalistik agar ruang informasi tetap didominasi oleh kebenaran.*/LIA