POSO – Abdul Karim Aljufri (AKA) menceritakan pertemuannya dengan Ahmad Ali saat bertemu Pendeta Rinaldy Damanik dan Pendeta Fia di Rumah Mesale Tentena, Poso, Kamis (7/11) siang.
“Saya kenal kak Mat sesungguhnya belum lama, tidak selama perkenalan Pak Damanik dan Pak Fia. Tapi dalam waktu singkat saya kemudian memahami bagaimana pribadi kak Mat,” kata Abdul Karim Aljufri.
Damanik berterima kasih untuk percakapan di kediamannya kemudian menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya dan kelompok Kristen dengan Ahmad Ali.
“Bahkan Ustad Sagaf Aljufri adalah orang yang merekomendasikan dan menjamin saya untuk keluar lebih cepat dari tahanan untuk mempercepat rekonsiliasi,” aku Damanik.
Kesaksian Rinaldy Damanik
Sebelumnya, Rinaldy Damanik mengungkap siapa sosok Ahmad Ali yang rupanya menjadi sosok yang sangat berpengaruh menciptakan Deklarasi Malino.
Deklarasi itu merupakan perjanjian damai antara masyarakat Kristen dan Islam yang terlibat konflik Poso saat itu.
“Ketika ada proses (deklarasi) Malino itu kita hormati. Bagaimana negara memfasilitasi (upaya perdamaian), tetapi sebenarnya itu tidak menyelesaikan semuanya,” ungkap Damanik mengingat kembali upaya perdamaian saat itu, Kamis (18/7/2024) lalu.
“Itu (Perjanjian) hanya menghentikan konflik antar kelompok, tapi masih ada kekerasan–kekerasan dan selanjutnya. Di situlah saya melihat peran dari Ahmad Ali,” ujarnya.
Ahmad Ali adalah orang yang berperan mempertemukan tokoh sentral Kristen di Poso, Rinaldy Damanik dengan tokoh Islam paling berpengaruh di Poso Ustaz Adnan Arsal.
Kemudian Ahmad Ali mempertemukan perwakilan masing-masing kelompok secara berjenjang dari beberapa orang, belasan, puluhan hingga ratusan orang yang kemudian membentuk aliansi kemanusiaan.
“Beliau mempertemukan kami, mulai dengan saya dipertemukan dengan Ustaz Adnan. Itu usaha dia, tidak ada usaha dari negara ini. Itu mutlak pribadi dia menghubungi beberapa teman-teman saya untuk bisa berkomunikasi dengan Ustaz Adnan. Mula-mula bertemu hanya berdua difasilitasi oleh pak Ahmad Ali di Jakarta di satu ruangan, dia biarkan kami di situ, bijak dan luar biasa,” ungkap Damanik.
Dia menilai, Ahmad Ali adalah sosok yang sangat toleransi. Tidak membedakan golongan dalam memilih pertemanan.
Bahkan, Damanik mengaku sosok yang telah jadi politisi nasional itu memperlakukannya bagai keluarga sendiri.
Tidak cuma itu, Damanik juga mengagumi Ahmad Ali yang ternyata tidak hanya akrab kepada orang-orang tertentu.
Dia bahkan berulang kali berterima kasih kepada Ahmad Ali yang banyak membantu anak-anak dari Kabupaten Poso untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Tidak hanya sebatas itu, Damanik juga menuebut Ahmad Ali sering mambantu para petani di sana. Dia membantu tanpa melihat latar belakang, bahkan tidak mengenal siapa orang yang ia bantu.
Dengan melihat latar belakang dan semua yang telah Ahmad Ali kerjakan ketika menjabat sebagai Anggota DPR RI dua periode, Damanik yakin Ahmad Ali yang berpasangan dengan Abdul Karim Aljufri bisa menjadi pemimpin yang akan mensejahterakan masyarakat Sulawesi Tengah.
“Ya kalau ditanya beliau ini layak atau tidak jadi gubernur, bagi saya belaiu itu layak sekali jadi pemimpin untuk daerah,” tegasnya.
Dia menilai kemampuan berkomunikasi Ahmad Ali dengan semua pihak bakal jadi modal yang sangat berpengaruh jika mendapat kesempatan memimpin Sulteng.Damanik menyebut banyak tokoh, termasuk kepala daerah yang sangat sulit bertemu dan diajak berdiskusi oleh masyarakat.
Hal-hal seperti itu, bagi Damanik, akan membuat masyarakat semakin dekat dengan pemimpin, sebab bisa menyampaikan langsung aspirasi mereka.
Selain itu, sikap toleransi Ahmad Ali bakal membuat daerah ini semakin aman. Ia kerap mengingatkan agar setiap kelompok mayoritas di suatu daerah selalu melindungi kaum minoritas.
Ia juga selalu mendorong agar semua kelompok umat beragama berbicara terbuka soal toleransi, tidak ada lagi kelompok yang enggan berbicara hanya karena takut teriintimidasi.
Hal lain yang menarik terkait sosok Ahmad Ali bagi Damanik adalah keberaniannya. Dia menilai Ahmad Ali adalah figur yang berani, sehingga pantas jika dijadikan teladan dan pemimpin daerah.
“Salah satu momen waktu itu ketika terjadi bom Tentena. Beliau berani datang ke sini tanpa pengawalan, karena keyakinannya bahwa dengan pertemuan di aliansi semuanya akan beres. Nanti setelah beliau datang baru berani pejabat lain datang waktu itu. Saya juga heran, waktu itu saya bilang ‘anda berani sekali’, (lalu kata Ahmad Ali) kita ini tulus dalam aliansi. Dia merasa bahwa dengan modal ketulusan itu tidak akan terjadi apa-apa,” kenang Damanik. (*)