JAKARTA, HAWA.ID – Pilkada Jakarta November 2024 mendatang, sejumlah nama mulai santer terdengar bakal bertarung memperebutkan kursi Gubernur Jakarta.

Nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun kembali muncul. Dalam perkembangan terbaru, Anies Baswedan memberikan sinyal mengenai kesiapannya untuk maju kembali dalam kontestasi tersebut.

Dalam wawancara eksklusif dengan CNN , Anies Baswedan menyatakan bahwa saat ini dirinya sedang dalam fase serius untuk mempertimbangkan kemungkinan maju kembali di Jakarta.

“Jadi ini bukan soal minat dan tidak ya. Saya ditanya ini ketika masih proses pasca , MK. Sebenarnya saya tidak mau jawab. Kenapa tidak mau jawab? Kita ini masih ada proses di MK,” ujarnya.

Anies menjelaskan bahwa dorongan untuk kembali maju bukan semata soal minat pribadi, melainkan lebih kepada tanggung jawab besar yang harus dipertimbangkan dengan matang.

“Saya menerima warga yang mengatakan itu, partai yang memberikan undangan, dan sekarang saya sedang dalam posisi serius menakar soal ini. Mempertimbangkan, ya, dalam fase serius menakar,” tambahnya.

Anies juga mengapresiasi kerja keras relawan yang selama ini telah mendukungnya.

“Tunggu aba-aba. Bagi relawan, tunggu aba-aba. Saya mengapresiasi sekali kerja relawan kemarin, dahsyat luar biasa ketulusan keikhlasan kerja keras yang bisa dibilang mewarnai seluruh gerakan selama ini,” kata Anies.

Menanggapi kemungkinan adanya stigma negatif terkait langkahnya maju kembali dalam , Anies menegaskan bahwa setelah sebuah kontestasi selesai, semua pihak kembali ke posisi masing-masing.

“Pak Muhaymin Iskandar, Gus Imin, selesai , dia kembali menjalankan tugasnya sebagai Ketua Umum PKB. Pak sebagai capres, kembali pada tugasnya menjalankan posisi menteri. Semua kembali kepada posisinya masing-masing,” jelasnya.

Ketika ditanya apakah dirinya khawatir dicap sebagai orang yang takut kehilangan jabatan, Anies menekankan bahwa setiap tindakan dan keputusan selalu bisa menimbulkan berbagai cap dari masyarakat.

“Di , jadi tidak khawatir dicap sebagai orang yang takut kehilangan jabatan ketika maju dalam . Segala macam cap itu bisa diberikan untuk apapun yang kita kerjakan. Jadi saya belum memutuskan nih, tapi serius mempertimbangkan,” ujarnya.

Mengenai isu “turun kelas” dari Pilpres ke Pilgub, Anies memberikan analogi yang menarik dengan dunia olahraga.

“Gini soal turun kelas, memang ada yang setara sama Pilpres? Tidak ada. Kembali ke kampus kalau cara pandangnya begitu. Diturun kelas Pak dari presiden terpilih menjadi menteri turun kelas. Pak Muhaymin dari cawapres menjadi ketua partai turun kelas. Kalau cara pandangnya begitu, semua turun kelas. Itu cara pandang yang keliru,” tegas Anies.

Anies menekankan bahwa pandangan tentang “turun kelas” adalah pemahaman yang salah.

“Itu menganggap Capres adalah posisi. Pilpres itu posisi, bukan. Pilpres itu kompetisi dan kompetisi itu ada awalnya ada akhirnya. Berangkat dari posisi A ke Pilpres,” katanya.

Dengan ilustrasi sepak bola, Anies menggambarkan bahwa setelah kompetisi besar seperti Piala Dunia, pemain-pemain top seperti Mbappe dan Messi tetap mengikuti kompetisi lain tanpa dianggap “turun kelas”.

“Saya berilustrasi Mbappe, Messi ikut Piala Dunia sampai final itu dua-duanya. Setelah selesai Piala Dunia itu tinggi-tingginya pertandingan sepak bola. Terus begitu selesai Messi, Mbappe jangan ikut Piala Eropa dong, Anda turun kelas. Kenapa?” ujarnya.

Dalam dunia politik, Anies menegaskan bahwa tidak ada yang namanya “seumur hidup capres”. “Kita kembali kepada apa yang kita kerjakan semula. Nah, makanya menurut saya cara pandangnya jangan pernah pandang turun kelas naik kelas,” tutupnya.*/LIA

Sumber CNN