PALU, HAWA.ID – Child Campaigners Save the Children di  Sulawesi Tengah () menyelenggarakan pentas seni krisis iklim untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Minggu (9/9/2022) di salah satu kafe di kota Palu.

& Brand Manager Save the Children Indonesia, Dewi Sri Sumanah mengatakan, anak-anak yang tergabung dalam Child Camapigners menginisiasi pentas seni krisis iklim yang merupakan aktivitas kampanye aksi generasi iklim sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dampak krisis iklim bagi masyarakat di Palu, khususnya anak-anak dan orang muda.

Dalam Pentas Seni Krisis Iklim tersebut kata Dewi, ada beberapa penampilan seperti musikalisasi puisi, pembacaan puisi dan monolog, serta diskusi mengenai krisis iklim bersama anak-anak. Acara-acara dengan pendekatan kontemporer ini, diharapkan mampu menjadi cara baru untuk memperkuat peningkatan kesadaran terkait isu krisis iklim karena dikemas dengan hal-hal yang menarik.

“Berangkat dari masalah-masalah yang terjadi, Save the Children menggerakkan anak-anak di agar memiliki kesadaran yang kuat tentang bahaya krisis iklim. Misalnya, pada Mei lalu, kami memfasilitasi inisiasi anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Sulteng dan Forum Anak Labean untuk melakukan aksi bersih dan tanam bakau di Mapaga, Kabupaten . Hari ini, mereka menginisiasi Pentas Seni Krisis Iklim di Palu,” jelas Dewi.

Sementara itu  Riziq (18), salah satu anggota Child Campaigner Sulteng yang tinggal di Kabupaten Sigi, mengatakan, pada September lalu, desa tempatnya tinggal terendam karena curah hujan yang tinggi.

“Belum lama ini, pada bulan September, kami merasakan curah hujan di daerah kami cukup panjang sehingga mengakibatkan sawah-sawah terendam . Salah satunya di daerah saya, Desa Pakuli Utara, Kabupaten Sigi. Curah hujan yang tinggi tu menyebabkan sungai yang ada meluap dan menghantam pemukiman warga. Banyak juga lahan pertanian warga yang berada di bantaran sungai terendam banjir, sehingga hasil pertanian seperti padi, jagung, tidak bisa dijual warga ke pasar. Hal itu menyebabkan tidak ada penghasilan yang didapatkan karena di daerah saya mayoritas pekerjaan masyarakatnya sebagai petani dan berkebun,” cerita Riziq.

Melalui kampanye Aksi Generasi Iklim ini, Rizqi berharap anak-anak yang melihat kampanye ini jadi lebih tahu tentang apa itu krisis iklim, bagaimana mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim, dan tentunya anak-anak jadi lebih siap melewati tantangan dan rintangannya. Karena mungkin dampak krisis iklim ke depannya akan jauh lebih besar dirasakan oleh anak-anak.LIA