POSO, HAWA.ID – Wakil Ketua III DPRD Provinsi Sulawesi Tengah (), bersama Ketua Komisi IV, Dr Ir Alimuddin Pa’ada, menghadiri pencanangan Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit, di Lembah Bada, Desa Kolori, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Selasa (10/10).

dicanangkan oleh Gubernur , Rusdy Mastura.

Wakil Ketua III DPRD Provinsi Sulteng, , mengatakan, kegiatan ini merupakan gagasan Gubernur Sulteng yang patut diapresiasi.

“Karena ini bukan hanya sekadar kegiatan pencanangan, tetapi merupakan sikap gubernur untuk menyampaikan kepada dunia bahwa sesungguhnya peradaban yang tertua itu bersal dari Sulteng karena keberdaannya seumur di zaman Nabi Musa atau 3.000 tahun sebelum masehi,” katanya.

Kata dia, masyarakat Sulteng harus bangga karena memiliki peradaban yang sedemikian tua dan masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Sementara itu, Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura, menyampaikan, perjalanan sejarah berbagai suku bangsa setelah berabad-abad akan meninggalkan jejak budayanya, baik yang konkret (tangible) berupa benda yang merupakan hasil buatan manusia, maupun yang tidak dalam bentuk benda (intangible) berupa nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

“Sesungguhnya sangat banyak warisan budaya intangible yang tersisa yang belum dimanfaatkan potensinya dalam pembangunan masyarakat kita,” ujar Gubernur.

Ia menjelaskan, potensi peninggalan arkeologis di kawasan ini, secara kuantitas yang berhasil diidentifikasi di kawasan cagar budaya Lore-Lindu adalah sebanyak 2007 buah. Jumlah itu terdiri dari 26 jenis artefak yang tersebar pada 118 situs di empat kawasan yang berbeda.

“Di kawasan Lembah Bada terdapat 35 situs, di Lembah Behoa 32 situs, di lembah napu 29 situs, serta di lembah palu dan danau lindu 22 situs. Tinggalan arkeologis terbanyak ditemukan di Lembah Behoa yaitu sebanyak 825 buah,” katanya.

Selanjutnya, di Lembah Napu sebanyak 752 buah, lalu di Lembah Palu dan Lindu sebanyak 244 buah dan di Lembah Bada teridentifikasi sebanyak 186 buah,” katanya.

Ia juga mengungkapkan sebaran fragmen gerabah yang cukup banyak, terdapat di seluruh wilayah, baik di Lembah Bada, Lembah Behoa, Lembah Napu dan Lembah Palu Lindu.

“Keempat kawasan tersebut memiliki ciri tata ruang yang khas yang memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Sulteng adalah tempat di mana alam dan budaya saling berpadu dengan indah. Di antara kekayaan alamnya terdapat ribuan situs megalitik yang menunjukkan kemajuan peradaban masa lalu.

Kata dia, megalitik bukan hanya sekadar batu-batu besar kuno, namun merupakan saksi bisu dari ketekunan, kebijaksanaan, dan kerja keras leluhur kita, yang terkandung nilai-nilai, serta pengetahuan luar biasa di dalamnya.

“Pencanangan ini merupakan langkah yang berani untuk menjadikan megalitik sebagai identitas, warisan budaya, serta daya tarik bagi daerah kita yang akan membawa manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat dan mengangkat prestise Sulteng,” ujarnya.

Ia mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga dan melestarikan dengan baik “harta karun” ini dengan penuh kebanggaan untuk masa depan dan generasi kita mendatang.

Kegiatan pencanangan turut dihadiri pihak Kementerian Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, para bupati dan wali kota se-Sulteng, unsur Forkopimda, serta unsur lainnya hingga tingkat desa dan juga tokoh-tokoh se-kawasan Lembah Bada dan Kabupaten Poso.*/LIA