IRAN, HAWA.ID – Iran sedang berkabung setelah Presiden Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter di Provinsi Azerbaijan Timur pada Minggu (19/5) waktu setempat.
Helikopter yang membawa Raisi dan delapan orang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, jatuh di daerah pegunungan dalam kondisi berkabut.
Jenazah Presiden Raisi dan korban lainnya akan dipindahkan dari Tabriz ke kota kelahirannya, Mashhad, pada hari Selasa (21/5).
Menurut laporan dari Fars News, sebuah upacara besar akan diadakan di sebuah aula doa di Tabriz pada Senin pukul 4 sore waktu setempat.
Pada Selasa pagi, prosesi besar akan mengiringi jenazah dari Lapangan Martir Tabriz menuju bandara kota tersebut sebelum diterbangkan ke Mashhad.
Ebrahim Raisi, yang lahir di Mashhad pada tahun 1960, dikenal sebagai tokoh berpengaruh di Iran. Sebelum menjadi presiden, ia memimpin Astan-e Quds-e Razavi, sebuah badan amal yang mengelola makam Imam Reza, salah satu situs suci umat Islam di Mashhad.
Karir politiknya yang panjang dan hubungan dekatnya dengan Ayatollah Ali Khamenei membuatnya menjadi salah satu tokoh penting di pemerintahan Iran.
Dalam menghadapi situasi darurat ini, Wakil Presiden Mohammad Mokhber telah diangkat sebagai penjabat presiden.
Selain itu, Ali Bagheri Kani, seorang negosiator nuklir terkemuka, diangkat sebagai penjabat menteri luar negeri menggantikan Amir-Abdollahian.
Penunjukan ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan pemerintahan di tengah krisis yang sedang berlangsung.
Konstitusi Iran mengharuskan bahwa pemilu baru harus diadakan dalam waktu 50 hari setelah penunjukan penjabat presiden. Ayatollah Khamenei telah menegaskan bahwa Mokhber bertanggung jawab untuk mengorganisir pemilu ini, dan memastikan bahwa transisi kepemimpinan berjalan lancar.
Sebagai bentuk penghormatan, Ayatollah Khamenei juga mengumumkan lima hari berkabung nasional. Semua kegiatan budaya dan seni di Iran dibatalkan selama tujuh hari untuk menghormati Presiden Raisi dan korban lainnya.
Reaksi internasional juga mulai berdatangan. Pemimpin dari berbagai negara, termasuk Arab Saudi, Pakistan, India, Uni Emirat Arab, dan banyak lagi, menyampaikan belasungkawa mereka. Turki, China, dan Rusia juga memberikan dukungan mereka, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Raisi sebagai “teman sejati Rusia”.
Dalam negeri, respons terhadap kecelakaan ini bercampur antara kesedihan dan kekhawatiran. Bisnis di ibu kota Teheran tetap buka, dan anak-anak masih bersekolah, namun ada peningkatan kehadiran pasukan keamanan, baik berseragam maupun berpakaian sipil, di pusat kota.
Kecelakaan ini menambah ketidakpastian di negara yang sudah berjuang dengan ekonomi yang melemah dan protes yang meluas.
Raisi, yang terpilih sebagai presiden pada tahun 2021, telah menjadi figur kontroversial. Di bawah pemerintahannya, Iran semakin mendekati kemampuan nuklir dan terus menjalin hubungan yang tegang dengan negara-negara Barat.
Kecelakaan helikopter ini juga menyoroti masalah keselamatan penerbangan di Iran, yang telah lama menghadapi sanksi internasional yang membatasi akses ke suku cadang pesawat.
Mantan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menyalahkan sanksi Amerika Serikat atas insiden ini, menekankan bahwa embargo suku cadang telah membahayakan keselamatan penerbangan di Iran.*/LIA