POSO, HAWA.ID  – Tradisi menangkap ikan jenis Sidat atau dalam Bahasa orang Poso menyebutnya Sogili dengan menggunakan pagar Sogili atau Wayamasi, terkesan kumuh dimata Poso yang melakukan penggerukan dasar Poso.

Manager lingkungan dan CSR PT. Poso , Suryani mengatakan, keberadaan pagar Sogili di sekitar jembatan Yondo Mpamona, Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba terkesan kumuh, sehingga rencananya sesudah penggerukan dasar akan ditata Kembali.

“Pagar Sogili disekitar jembatan terkesan kumuh. Rencana pemerintah akan mengatur pagar Sogili menjadi zig-zag,” kata kepada sejumlah wartawan, Rabu (14/9/2022).

Selain itu kata dia, hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), keberadaan Wayamasapi disekita jembatan, menghambat Sidat bermigrsi menuju ke arah laut. Jika penggerukan selesai, mayarakat dipersilahkan untuk membuat kembali pagar Sogili.

mengatakan bahwa, target penyelesaian penggerukan dasar di Oktober 2022, mengingat izin hanya dua tahun aja. Sementara kedalaman dasar danau yang digali sedalam 4- 6 meter. Perusahan  kata dia, tidak akan menggali lebih dari kedalaman dalam izin, karena selain melanggar izin, juga akan membebani pengeluaran atau pembiayaan diluar budget.

Fredy Kalengke, warga Tentena satu-satunya pemilik Wayamasapi yang tetap bertahan dan menolak kompensasi dari perusahaan

Fredy Kalengke, warga Tentena yang merupakan generasi ke 3 penerus tradisi Wayamasapi mengatakan, sebelum adanya proyek  Poso River improvement atau proyek pengerukan dasar mulut danau Poso oleh PT Poso kearah sungai Poso sepanjang 12,8 kilometer, ada ratusan Wayamasapi di sekitar danau Poso tepatnya di kota Tentena, kecamatan Poso Puselemba.

Menurutnya, Wayamasapi banyak yang rusak karena aktivitas pengerukan, bahkan sengajah dirusak oleh oknum pekerja perusahaan yang melakukan pengerukan.

“Saya memilih untuk tetap mempertahankan Wayamasapi karena ini warisan leluhur kami yang ada sejak ratusan tahun. Kalau saya menyerah dan membiarkan perusahaan mengambil alih, maka tradisi Wayamasapi tinggal nama dan hanya akan menjadi sejarah,” ujarnya.

Ketua dewan adat kelurahan Pamona, Kristian Bontinge mengaku pesimis tradisi Wayamasapi akan bertahan walaupun Fredy sebagai satu-satunya pemilik yang tetap bertahan. Meskipun ada yang menolak, pekerjaan pengerukan akan tetap berjalan. Aktivitas itu secara masif akan merusak Wayamasapi, mengingat dasar danau yang dikeruk dengan kedalaman 4 sampai 6 meter akan mempengaruhi arus air dalam danau. Tentu kondisi itu akan merusak pagar bambu.

“Wayamasapi akan hancur dengan sendirinya. Walaupun pak Fredy satu-satunya menolak, aktivitas pengerukan tetap akan dilakukan yang berakibat pagar Wayamasapi akan terangkat atau rusak,” ujarnya.

Penambahan kedalaman di danau Poso yang dilakukan PT. dibutuhkan perusahaan untuk menambah debit air guna memutar 3 turbin berkapasitas 195 Megawatt mereka yang terpasang di proyek PLTA Poso II dan sedikit lagi akan memutar 4 turbin berkapasitas masing-masing 30 megawatt dan nantinya disebut-sebut akan ada lagi 4 turbin masing-masing akan menghasilkan listrik 50 megawatt.ECA