BUOL, HAWA. ID – Pemerintah Kabupaten Buol menyampaikan keputusan yang jarang terjadi yakni menaikkan anggaran kemitraan media dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 2 juta per bulan mulai 2026.

Kabar yang datang langsung dari Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo, ini bukan sekadar angka—tapi pesan bahwa pemerintah ingin membuka ruang komunikasi yang lebih jujur, lebih setara, dan lebih manusiawi dengan para pekerja informasi.

Hal itu disampaikan Bupati Buol, H. Risharyudi Triwibowo, Minggu (30/11/2025) di kegiatan Coffee Morning, yang difasilitasi Diskominfostandi dan Prokopim itu berlangsung hangat di halaman Yayasan Berkah Bina Mandiri (YBBM) Kabupaten Buol.

Ada momen yang terasa berbeda dalam Coffee Morning tersebut. Di antara meja-meja sederhana dan udara yang masih lembab,
Bukan karena basa-basi, tetapi karena banyak kegelisahan yang akhirnya menemukan tempat untuk disampaikan.

Hadir berbagai kepala OPD yang ikut duduk, mendengar, dan berbicara apa adanya: mulai dari Inspektur Wahida, Kadis Kominfostandi Ikhlasiani Tonggil, hingga sejumlah pimpinan perangkat daerah lainnya.

Di hadapan para jurnalis, Bupati menegaskan satu hal yang sering luput dari ruang publik,
pemerintah tidak anti-kritik, mereka hanya meminta kritik yang jujur.

“Kami tidak alergi dikritik. Tapi kritik itu harus objektif, berimbang, dan datanya valid,”
ujarnya pelan namun tegas.

“Saya minta kepala-kepala OPD menerima sahabat media dengan baik, dan memberikan keterangan sebenar-benarnya. Mari kita bangun sinergi untuk membuat daerah ini semakin baik.”

Di titik inilah pengumuman kenaikan anggaran kemitraan menjadi terasa bukan sekadar kebijakan administratif, tetapi gestur penghargaan terhadap kerja jurnalistik dan pentingnya kualitas informasi publik.
“Ini bentuk komitmen kami,” tegas Bupati, “agar penyampaian informasi pemerintah semakin kuat dan profesional.”

Kadis Kominfostandi, Ikhlasiani Tonggil, menambahkan dimensi emosional dari hubungan pemerintah–media.

Ia mengingatkan bahwa mimpi “Buol Hebat” bukan hanya soal program, tetapi juga soal narasi dan persepsi publik yang dibangun bersama.

“Media punya perspektif yang bisa menumbuhkan optimisme. Sinergi ini penting agar informasi pembangunan tersampaikan secara utuh dan berimbang.”

Forum yang awalnya digagas sebagai coffee morning itu kemudian berubah menjadi ruang curahan hati.

Sejumlah kepala OPD menyampaikan kegelisahan mereka tentang pemberitaan yang kadang terbit tanpa konfirmasi. Mereka takut salah dipahami, tapi lebih takut jika publik menerima informasi yang tidak lengkap.

Mereka meminta media untuk tetap menjaga profesionalitas: berita yang tergesa-gesa tanpa klarifikasi, kata mereka, bisa berubah menjadi fitnah, lalu menjadi hoaks yang berbahaya.

Di akhir acara, tidak ada pernyataan yang benar-benar ditutup. Yang tersisa justru energi baru: bahwa pemerintah dan media sama-sama punya kepentingan untuk menjaga Buol tetap jujur, tetap sehat, dan tetap bergerak maju.

Coffee Morning itu akhirnya menjadi lebih dari sekadar pertemuan—ia menjadi pengakuan bahwa pembangunan tidak hanya soal anggaran dan program, tetapi juga soal keberanian untuk mendengar dan menyampaikan kebenaran dengan penuh tanggung jawab.RAHMAN