PALU, .ID – Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah melalui Bidang Informasi Publik menggelar Dialog Publik : Expose Ekspedisi 1000 Megalit. Bertempat, di Triple F Coffee, Cafe dan Resto. Sabtu malam, (2/12/2023)

Dialog ini mengangkat tema “Menjelajah Keajaiban, Menelusuri Sejuta Cerita Batu Bersejarah” dengan menghadirkan Narasumber dari Antropolog Muhammad Marzuki dan Iksam Djorimi selaku Arkeolog Dinas Kebudayaan Provinsi Sulteng. Dialog ini di moderatori oleh Kadis Kominfo Santik Provinsi Sulteng Sudaryano R. Lamangkona.

Dalam paparannya, Marzuki menjelaskan, 3000 tahun lalu nenek moyang, meninggalkan peradaban yang begitu luar biasa yang terletak di Lembah Bada, Lembah Besoa dan Lembah Napu yang dikenal sebagai Tampo Lore. 

“Menurut saya, Megalit bukanya hanya batu yang berdiri, dan bentuknya patung tetapi Megalit adalah aset, pesan masa lalu dan simbol peradaban.”Ungkap Marzuki pada kesempatan itu 

Untuk itu, ia juga mengajak Tim Ekspedisi menggali spirit bahwa Sulawesi Tengah pernah mencapai peradaban yang tertinggi dalam peradaban masa lalu yang artinya,  masyarakat dahulu dengan segala keterbatasannya bisa meraih puncak peradaban, mengapa kita dengan segala kemudahan tidak bisa mencapai puncak peradaban. 

“Mari kita jadikan ini sebagai lompatan masa lalu, masa kini dan masa depan”tambahnya

Selanjutnya, Iksam juga menerangkan bahwa Lore Lindu merupakan salah satu tempat di yang memiliki peradaban dunia. Karena begitu banyak peninggalan di masa lalu yang dilakukan oleh para leluhur.

alam tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan”kata Iksam 

Selanjutnya, Iksam juga menuturkan bahwa ada tiga disiplin ilmu yang tergolong dalam antropologi yakni, ilmu bahasa (linguistik), arkeologi dan etnologi. 

“Saat ini, Megalit bukan hanya ada di Lore Lindu, temuan terbaru kami ada di Laut” pungkasnya

Selanjutnya, ia berharap, kolaborasi pemerintah daerah melalui rencana aksi daerah terkait pemanfaatan Situs Megalit, agar masyarakat Lore Lindu bisa merasakan manfaat keberadaan Megalit di daerah mereka.

Salah satu pembicara dari jurnalis yang melakukan expedisi jurnalis mengatakan bahwa masyarakat di tiga kawasan lembah tampo lore mengharapkan adanya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan situs megalit yang akan memberi dampak secara serta pembangunan infrastruktur jalan untuk menghubungkan ketiga kawasan lembah yang ada di tampo lore.

“Kami dari Tim Expedisi Jurnalis melihat bahwa keberadaan patung-patung megalit itu hanya sekedar menjadi pajangan saja bahkan bisa jadi hanya sekedar menjadi tugu dan sebagai faktor kebanggaan, jika pemerintah daerah tidak segera mengatur dan mempolarisasi kawasan-kawasan tersebut menjadi sebuah destinasi baru untuk dikunjungi”, ujarnya. 

Di Akhir pertemuan, Sudaryano selaku moderator menyimpulkan bahwa dengan adanya Megalit ini, kedepannya akan memberikan warna bagi pembangunan kebudayaan di Indonesia bahkan dunia, sebagaimana amanat dari UU pembangunan kebudayaan.

Dialog ini disiarkan secara langsung melalui akun Resmi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.*/LIA