BEIJING, HAWA – Cina resmi menaikkan tarif impor terhadap barang dari Serikat menjadi 84%, berlaku mulai 10 April 2025.

Kebijakan ini diumumkan oleh Cina pada Rabu, 9 April 2025, sebagai respons terhadap langkah AS yang menerapkan tarif 104% untuk barang impor dari Cina

Tarif baru ini meningkat dari angka sebelumnya, yaitu 34%, setelah Presiden AS mengumumkan kenaikan tarif tambahan sebesar 50% pada Selasa, 8 April 2025.

Juru bicara , Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kenaikan tersebut dilakukan karena Cina tidak mencabut tarif balasannya.

“Karena Cina tetap mempertahankan tarif retaliasinya, Presiden menambah tarif 50% di atas tarif sebelumnya yang sudah mencapai 20% dan 34%, sehingga total menjadi 104% untuk barang Cina,” kata Leavitt, seperti dilaporkan Fox Business.

Cina menyebut langkah ini sebagai bagian dari upaya melindungi kepentingan ekonomi nasional.

“Kami akan berjuang hingga akhir untuk menghadapi tekanan ini,” ujar perwakilan Cina, dikutip dari Euronews pada 8 April 2025.

Selain menaikkan tarif, Cina juga dikabarkan tengah mempersiapkan langkah stabilisasi pasar saham domestik setelah mengalami penurunan signifikan.

Eskalasi perang dagang ini berdampak langsung pada pasar global. Indeks S&P 500 di AS turun hampir 20% dari puncaknya pada Selasa, 8 April 2025, menandakan masuknya pasar ke kondisi bear market.

Di , indeks Kospi Korea Selatan juga mencatat penurunan serupa pada Rabu, 9 April 2025, menurut laporan CNBC.

Kebijakan tarif ini merupakan babak terbaru dari ketegangan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia yang dimulai sejak 2018.

AS juga telah menerapkan tarif tambahan untuk 86 negara lain, dengan besaran bervariasi antara 11% hingga 84%, namun Cina tetap menjadi target utama dengan tarif tertinggi.

Hingga saat ini, baik AS maupun Cina belum menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi ketegangan. Pasar global terus memantau perkembangan situasi ini, terutama terkait dampaknya pada barang dan stabilitas ekonomi dunia.LIA