PORTLAND, HAWA – Buruh perempuan asal Indonesia, Dinar Swandi, menemui Senator Bernie Sanders, 6 Juli di Oregon, Amerika Serikat. Dinar mendapatkan upah Rp 3 Juta per bulan. Pertemuan ini juga menyoroti kesenjangan upah di rantai pasok Nike. Padahal perusahaan itu mencatat keuntungan besar tahun lalu.

Dinar Swandi bekerja di pabrik kontrak Nike di Indonesia. Dalam satu jam, ia menjahit 222 label pada produk Nike. Ia menerima gaji sekitar $202 atau sekitar Rp3,2 juta per bulan. Jumlah ini berada sedikit di atas upah minimum, tetapi jauh dari standar upah hidup.

Dalam unggahan di platform X, Bernie Sanders menulis: “Nike menghasilkan Rp368 triliun tahun lalu. Pendiri Nike memiliki kekayaan Rp560 triliun. Unggahan ini langsung menarik perhatian publik terhadap kondisi buruh garmen di Asia.

Asia Floor Wage Alliance menginisiasi kampanye ‘Fight the Heist’. Kampanye ini juga mendesak merek global seperti Nike untuk membayar upah layak dan menyelesaikan tunggakan upah selama pandemi.

Pada 27 Mei 2025, mereka mendatangi toko Nike di Portland dan kantor pusat perusahaan di Beaverton. Namun, petugas keamanan meminta mereka pergi sebelum sempat bertemu perwakilan perusahaan. Mereka bertemu Komisaris Tenaga Kerja Oregon pada 30 Mei untuk mengajukan keluhan resmi soal perusahaan yang belum membayar upah.

“Kami bekerja di bawah target tinggi, tetapi gaji kami sangat rendah. Tidak cukup untuk biaya hidup keluarga,” ujarnya. Toko menjual sepatu seharga Rp3.280.000, lebih mahal dari gajinya.

Menurut Nike FY23 Impact Report, perusahaan menyatakan komitmen membayar upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja. Namun, laporan dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa sebagian besar buruh masih menerima upah jauh dari angka layak.LIA