, – TikTok mengumumkan investasi sebesar US$ 8,8 miliar atau sekitar Rp 145 triliun di Thailand dalam lima tahun ke depan.

Platform berbagi video milik ByteDance ini akan membangun pusat data baru serta mendukung ekonomi digital di negara tersebut.

Kebijakan Publik TikTok, Helena Lersch, mengatakan Thailand menyambut baik investasi ini.

“Kami berterima kasih atas dukungan Thailand terhadap investasi dan operasional TikTok,” ujarnya, dikutip dari Post, Jumat, 7 Maret 2025.

Selain pusat data, TikTok juga berencana bekerja sama dengan Thailand untuk memerangi berita palsu dan penipuan daring.

Program ini mencakup pemantauan konten serta peningkatan literasi digital.

Saat ini, Thailand memiliki lebih dari 50 juta pengguna TikTok, dengan tiga juta akun yang menggunakan TikTok Shop.

Bahkan, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, memiliki akun di platform tersebut. TikTok menargetkan membuka 1.000 lapangan pekerjaan di Thailand melalui investasi ini.

Sementara itu, di , yang memiliki jumlah pengguna TikTok jauh lebih besar, investasi serupa tidak terjadi. Salah satu alasan yang mencuat adalah faktor keamanan investasi.

Beberapa laporan menyebut investor asing menghadapi pungutan liar, ancaman, hingga tekanan dari oknum organisasi masyarakat (ormas) yang meminta jatah.

Kondisi ini membuat perusahaan asing lebih memilih negara lain yang dianggap lebih ramah bagi bisnis. Selain TikTok, sejumlah perusahaan teknologi besar juga mulai melirik Thailand dan Malaysia untuk ekspansi.

Pemerintah Thailand menegaskan pentingnya stabilitas dan kepastian hukum bagi investor.

“Pemerintah menekankan pentingnya meningkatkan literasi media,” kata Juru Bicara Pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub.

Keputusan TikTok berinvestasi di Thailand bisa menjadi sinyal bagi .

Jika masalah pungutan liar dan tekanan terhadap investor tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin lebih banyak perusahaan asing yang memilih negara lain untuk menanamkan modalnya.*/LIA