BANDUNG BARAT, HAWA — Badan Geologi memperingatkan potensi erupsi Tangkuban Perahu menyusul peningkatan aktivitas seismik dan curah hujan tinggi di kawasan tersebut. Badan Geologi mengeluarkan peringatan ini pada 3 Juni 2025, meskipun status gunung masih tercatat pada Level I atau normal.

Gempa hembusan tercatat sebanyak 21 hingga 37 kali per hari, dan lebih dari 100 gempa frekuensi rendah terdeteksi antara 30 Mei hingga 1 Juni 2025. Aktivitas ini menunjukkan pergerakan fluida dangkal serta peningkatan emisi gas dari kawah aktif. Curah hujan tinggi memicu risiko utama erupsi Tangkuban Perahu, karena air hujan yang menyentuh material panas dapat menghasilkan uap bertekanan tinggi.

Badan Geologi mengimbau masyarakat agar tidak mendekati dasar kawah, tidak bermalam di area kawah aktif, dan segera meninggalkan lokasi jika melihat peningkatan asap atau mencium bau gas menyengat. Badan Geologi juga berkoordinasi dengan BPBD, Pos Pengamatan Gunung Api di Cikole, dan Pusat Vulkanologi di Bandung untuk memantau situasi.

Gunung Tangkuban Perahu terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat. Gunung ini memiliki sembilan kawah, termasuk Kawah Ratu dan Kawah Upas. Letusan terakhir terjadi pada Juli 2019 dan menyebabkan penutupan kawasan wisata.

Sejak tahun 1829, erupsi Tangkuban Perahu tercatat beberapa kali. Letusan besar terjadi pada 1910 dengan kolom asap mencapai 2 kilometer, serta tiga kali erupsi freatik pada 2013. Pola letusan berlangsung dalam selang waktu 30 hingga 70 tahun.

Pemerintah daerah terus memantau situasi melalui jaringan pemantauan resmi. Warga diminta tetap mengikuti arahan dari pihak berwenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.LIA