BANGKOK, HAWA.ID – Pesawat Boeing 777 milik Singapore Airlines yang terbang dari London menuju Singapura mengalami turbulensi ekstrem, menyebabkan satu penumpang tewas dan tujuh lainnya terluka parah.

Insiden ini terjadi pada Selasa (21/5/2024), memaksa pesawat melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok.

Korban tewas adalah seorang pria Inggris berusia 73 tahun yang diduga meninggal akibat serangan jantung.

“Penumpang yang meninggal kemungkinan besar akibat serangan jantung,” ujar Direktur Bandara Suvarnabhumi, Kittipong Kittikachorn, seperti dikutip Channel News Asia (CNA).

Selain itu, tujuh penumpang lainnya mengalami luka parah di kepala akibat benturan yang terjadi selama turbulensi.

Pesawat Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ321 lepas landas dari Bandara Heathrow, London, pada Senin (20/5) malam sekitar pukul 22.39 waktu setempat.

Turbulensi parah terjadi di tengah penerbangan, menyebabkan pesawat harus dialihkan ke Bangkok dan akhirnya mendarat darurat pada pukul 15.45 waktu setempat.

“Prioritas kami adalah memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada seluruh penumpang dan awak pesawat,” tegas Singapore Airlines dalam pernyataannya.

Gambar yang diposting oleh penerbangan FL360aero menunjukkan keadaan kacau di dalam pesawat, dengan lantai bagian dapur penuh dengan wadah makanan yang berserakan dan selimut yang terlempar.

Salah satu tempat merawat korban luka di Bangkok adalah Samitivej, sebuah swasta terkemuka.

Transportasi Singapura, Chee Hong Tat, menyampaikan belasungkawa kepada korban.

“Saya sangat sedih mengetahui kejadian di dalam pesawat Singapore Airlines SQ321 dari London Heathrow ke Singapura,” kata Chee Hong Tat dalam postingan , seperti dilaporkan CNA.

Dia juga menambahkan bahwa pihak berwenang dan staf SIA memberikan dukungan kepada penumpang yang terkena dampak dan mereka.

Penyebab dari turbulensi ekstrem ini masih dalam penyelidikan. Konsultan senior penerbangan di Frost and Sullivan, Shantanu Gangakhedkar, menyebutkan bahwa turbulensi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk badai, awan, dan aliran jet.

Namun, jenis turbulensi yang paling tidak dapat diprediksi adalah turbulensi udara jernih (clear air turbulence/CAT).

“CAT terjadi ketika langit benar-benar cerah. Kita tidak bisa melihatnya dan itu terjadi tiba-tiba,” kata Gangakhedkar.

“Saat ini kami tidak memiliki teknologi untuk memprediksi atau mendeteksi CAT, apalagi pada ketinggian 36.000 kaki.” tambahnya

Maskapai menyebutkan bahwa ada 211 penumpang dalam penerbangan tersebut, termasuk 18 awak pesawat.

Hingga pukul 19.50 waktu Singapura, sebanyak 18 orang telah dilarikan ke sakit, dengan 12 di antaranya dirawat intensif.

“Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang dibutuhkan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan,” jelas Singapore Airlines dalam pernyataan resminya di .*/LIA