BANDUNG, HAWA.ID – Film “Dilan 1983: Wo Ai Ni” baru-baru ini menuai kontroversi karena diduga menampilkan kisah percintaan anak sekolah dasar (SD).
Kritik keras datang dari berbagai kalangan yang menilai bahwa tema tersebut tidak pantas untuk anak–anak.
Menanggapi hal ini, sutradara Fajar Bustomi memberikan klarifikasi bahwa film ini memiliki pesan yang lebih dalam daripada sekadar kisah cinta anak-anak.
“Film ini bukan film anak SD pacaran, tapi cerita tentang “cinta”. Rasa yg diberikan Tuhan di hati manusia, cinta yang sesungguhnya kepada Tuhan” sebut Fajar Bustomi saat konferensi pers di Paris Van Java, Bandung, Senin (13/5/2024).
Dilan Wo Ai Ni 1983 Kapan Rilis?
Film ‘Dilan 1983: Wo Ai Ni’ dijadwalkan tayang di bioskop pada 13 Juni 2024. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pidi Baiq.
Novel tersebut mengisahkan kehidupan Dilan saat masih berusia 12 tahun, atau saat ia masih duduk di bangku SD.
Dilan 1990 Menceritakan Tentang Apa?
Untuk memahami kontroversi ini, penting juga melihat latar belakang cerita dari film-film Dilan sebelumnya. Film “Dilan 1990” yang dirilis pada tahun 2018, mengisahkan percintaan Dilan dengan Milea saat mereka berada di bangku SMA.
Cerita ini diterima baik oleh penonton dan menjadi fenomena di Indonesia, walaupun tidak lepas dari kritik.
Apa Tema Film Dilan 1990?
Tema utama dari “Dilan 1990” adalah kisah cinta remaja di masa SMA yang penuh dengan romantisme dan dinamika khas anak muda.
Film ini menyoroti perjalanan emosional dua remaja yang saling jatuh cinta, dengan latar belakang kehidupan sekolah dan keluarga.
“Kata netizen, ini film mengajarkan pacaran, padahal Dilan SMA,” sebut Fajar Bustomi, mengomentari kritik yang diterimanya.
Siapa Penulis Judul dari Film Dilan 1990 Tersebut?
Penulis di balik kisah-kisah Dilan adalah Pidi Baiq, seorang novelis ternama yang juga dikenal dengan gaya penulisannya yang unik dan khas.
“Menurut saya, itu adalah kuasa Tuhan karena bisa membolak-balikkan hati,” ungkap Fajar Bustomi mengutip Pidi Baiq.
Untuk menjelaskan bahwa cinta tidak mengenal usia atau jenjang pendidikan. Film ini menyajikan tentang cinta, yang merupakan rasa pemberian Tuhan untuk setiap manusia.
Menanggapi kritik terhadap “Dilan 1983: Wo Ai Ni,” Fajar Bustomi menjelaskan bahwa film tersebut bukan tentang pacaran anak SD.
“Film ini bukan film anak SD pacaran, tapi cerita tentang cinta. Semakin mencintai Tuhan kita akan mencintai seluruh makhluk ciptaannya bahkan orang yang berbeda agama,” tuturnya.
Fajar menegaskan bahwa sebelum menghakimi, masyarakat sebaiknya menonton filmnya terlebih dahulu.
“Kita belum mengeluarkan apa-apa orang-orang sudah yang ‘ini anak SD pacar-pacaran’. Tapi nggak kayak gitu,” jelasnya.
Menurut Fajar, film ini menyampaikan pesan tentang cinta dalam perspektif yang lebih luas, termasuk cinta kepada Tuhan dan sesama manusia.
Muhammad Adhiyat, aktor cilik yang dikenal melalui film “Pengabdi Setan” (2017), dipilih untuk memerankan Dilan versi SD. Sementara itu, Mei Lien, karakter gadis Tionghoa yang menjadi teman sekolah Dilan, diperankan oleh Malea Emma.
Adzana Shaliha atau Ashel JKT48 debut aktingnya sebagai Ida, kakak Dilan. Ira Wibowo tetap memerankan ibu Dilan seperti dalam trilogi sebelumnya.
Dengan rilis yang semakin dekat, kontroversi seputar “Dilan 1983: Wo Ai Ni” masih menjadi perbincangan hangat.
Fajar Bustomi berharap bahwa penonton dapat melihat film ini dari sudut pandang yang lebih dalam dan tidak terburu-buru membuat kesimpulan negatif.
“Semoga hati kita dijaga dari berburuk sangka,” pungkasnya.*/LIA