PALU, HAWA – Unggahan berjudul “BMKG: Gempa Besar di Indonesia Tinggal Menunggu Waktu” beredar di media sosial Facebook maupun WhatsApp pada Jumat (10/10) dan menimbulkan kepanikan publik.
Unggahan tersebut menyesatkan karena seolah berasal dari pernyataan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sehari kemudian, pelajar MAN 2 Palu membuktikan bahwa unggahan itu adalah hoaks gempa megathrust menggunakan teknologi AI.
Lintang, peserta pelatihan “Mengenal Hoaks dan Tantangan AI” yang digelar JUWITA bersama Indosat Ooredoo Hutchison melalui program Generasi Terkoneksi (Gensi), melakukan pemeriksaan pada Sabtu (11/10).
Ia menggunakan Google Lens untuk menelusuri asal gambar dalam unggahan tersebut. Hasilnya, gambar yang dipakai ternyata berasal dari artikel lama Tribun Medan, bukan dari situs resmi BMKG.
“Awalnya saya mengira berita itu benar karena ramai di Facebook dan WhatsApp. Setelah dicek dengan Google Lens, ternyata itu hoaks lama yang diunggah ulang oleh akun tak bertanggung jawab,” kata Lintang, pelajar MAN 2 Kota Palu, pada Sabtu.
Pemeriksaan lanjutan dilakukan melalui kanal resmi BMKG dan tidak ditemukan pernyataan seperti yang tercantum dalam unggahan viral itu.
Secara ilmiah, BMKG tidak pernah memprediksi waktu pasti terjadinya gempa. Lembaga tersebut hanya menyampaikan potensi dan risiko di zona megathrust untuk tujuan edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat.
Ketua Jurnalis Wanita Indonesia (JUWITA), Kartini Nainggolan, mengatakan pelatihan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat literasi digital generasi muda.
“Kita hidup di era digital yang penuh tantangan. Anak-anak harus mampu memilah fakta dan hoaks agar tidak ikut menyebarkan berita bohong,” ujarnya.
Kartini juga mengapresiasi kolaborasi Indosat Ooredoo Hutchison dalam kegiatan tersebut. Ia berharap pelatihan ini dapat melahirkan generasi yang lebih cerdas dan kritis terhadap informasi, termasuk saat menghadapi isu sensitif seperti hoaks gempa megathrust.*/LIA