PALU, MERCUSUAR — Anggota DPRD Kota Palu, Muslimun, mengusulkan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Palu membangun Monumen atau Museum Likuefaksi di lokasi eks bencana di Kelurahan Balaroa atau Petobo. Gagasan itu dinilainya penting sebagai bentuk edukasi publik, pengingat sejarah, sekaligus potensi wisata kebencanaan.
Usulan tersebut disampaikan Muslimun, legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Palu Barat-Ulujadi, saat berbincang dengan awak media usai salat zuhur berjemaah di Kantor DPRD Palu, Senin (13/10/2025).
“Kalau mau dijadikan museum secara nasional, kenapa tidak. Balaroa dan Petobo belum ada monumen yang bisa kita kenang. Penting ada museum agar orang yang ingin belajar likuefaksi bisa datang ke Palu,” ujar Muslimun dari Fraksi NasDem.
Menurutnya, fenomena likuefaksi sangat jarang terjadi di Indonesia, sehingga keberadaan museum bisa menjadi pusat studi sekaligus daya tarik bagi peneliti dan wisatawan. Ia menilai, keberadaan museum juga dapat menjadi wadah edukasi bagi masyarakat dan generasi muda agar memahami sejarah bencana alam yang melanda Kota Palu pada 28 September 2018.
“Teman-teman wartawan punya banyak dokumentasi dan foto. Itu bisa dipajang di Museum Likuefaksi, begitu juga peninggalan-peninggalan dari peristiwa itu. Tujuannya agar kita bisa mengenang kembali bahwa Palu pernah dilanda likuefaksi,” jelasnya.
Muslimun juga menekankan perlunya inisiatif pemerintah daerah untuk memanfaatkan sebagian lahan eks likuefaksi yang kini menjadi zona merah agar memiliki nilai guna.
“Entah nanti didesain jadi taman atau museum, yang penting ada kebijakan yang jelas. Pemerintah harus segera duduk bersama masyarakat agar lahan kosong itu bisa dimanfaatkan dengan tepat,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberadaan Museum Likuefaksi dapat menjadi pusat riset akademik sekaligus objek wisata edukatif. “Likuefaksi di Balaroa dan Petobo bisa menjadi ilmu baru bagi akademisi untuk menciptakan teori baru. Ini peristiwa yang sangat jarang terjadi di Indonesia,” tuturnya.
Muslimun berharap gagasan ini dapat menjadi perhatian serius Pemkot Palu sebagai upaya menjaga memori kolektif sekaligus mendorong pengembangan wisata edukatif berbasis mitigasi bencana.LIA