GREENLAND TIMUR, HAWA — Fenomena bergetar 9 tanpa henti pada September 2023 terungkap sebagai dampak dari tsunami besar di Dickson Fjord, Greenland Timur. Getaran yang terjadi setiap 90 detik itu terdeteksi oleh jaringan pemantauan seismik global dan kembali muncul pada Oktober 2023.

Penelitian yang dirilis pada 3 Juni 2025 menjelaskan bahwa dua longsoran besar akibat melelehnya gletser memicu gelombang tsunami dengan tinggi 7,4 hingga 8,8 meter. Gelombang ini terjebak di fjord sempit dan menciptakan seiche, yaitu gelombang berdiri yang terus berosilasi selama 9 . Seiche inilah yang menyebabkan getaran global berulang.

Para peneliti mengandalkan data dari satelit Surface Water Ocean Topography (SWOT) milik NASA dan CNES yang meluncur pada Desember 2022. Satelit ini menggunakan radar interferometer Ka-band (KaRIn) untuk memetakan ketinggian air secara presisi di permukaan . Data dari SWOT pada 11 Oktober 2023 mencatat perbedaan tinggi air hingga 2 meter di fjord, menguatkan bukti keberadaan gelombang berdiri.

Selain data SWOT, analisis juga memanfaatkan gambar dari satelit Copernicus Sentinel-2 dan teknik pembelajaran mesin untuk merekonstruksi dinamika gelombang saat tidak ada cakupan satelit.

“Perubahan menimbulkan ekstrem baru yang belum pernah terlihat sebelumnya. satelit seperti SWOT memberi kita cara untuk memantau wilayah terpencil seperti Arktik secara lebih akurat.” ungkap Thomas Monahan, peneliti dari University of Oxford.

Sementara itu, Professor Thomas Adcock dari universitas yang sama mendukung pernyataan tersebut.,

“Data generasi baru ini membantu kita mengungkap fenomena ekstrem seperti tsunami dan gelombang aneh yang sulit terdeteksi sebelumnya.” sebutnya.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana perubahan dapat menciptakan peristiwa ekstrem yang terasa hingga ke seluruh dunia.LIA