PALU, HAWA – Youth and Women in Politics (YOU-WIN) Project bekerjasama dengan Yayasan Sikola Mombine mengadakan kelas pelatihan jurnalisme warga dengan perspektif gender yang dimentori oleh Kartini Nainggolan, selaku fasilitator bagi peserta parlemen muda, Selasa (11/3/2025) yang digelar di salah satu café di Kota Palu.
Pada kelas ini, peserta diberikan pemahaman mengenai peran, prinsip, etika, tantangan dan peluang sebagai jurnalisme warga.
Selain itu, peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekan seluruh materi yang telah diterima mulai dari praktek wawancara hingga penyusunan berita dengan berpedoman pada kode etik jurnalitik, rumus 5W1H, dan menggunakan konsep piramida terbalik.
Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi anak muda khususnya peserta parlemen Muda untuk menyampaikan suara mereka dari isu lokal yang ada di Kota Palu.
Program Manager dari YOU-WIN Project, Nur Safitri Lasibani mengatakan, kelas pelatihan ini diadakan untuk meningkatkan kapasitas peserta parlemen muda agar dapat menghasilkan tulisan yang informasinya tidak bias, tidak diskriminatif, lebih inklusi dengan mempertimbangkan prespektif gender.
“Ini untuk menguatkan teknikal skillnya kawan – kawan untuk memproduksi konten atau berita-berita yang lebih menarik dan bisa mengangkat isu – isu yang jarang dibicarakan oleh media utama,” ujarnya.
Audrey, salah satu peserta parlemen muda merasakan pentingnya jurnalisme warga hadir di tengah masyarakat utamanya anak muda, karena hal ini merupakan bentuk partisipasi aktif untuk masalah – masalah lokal yang terjadi.
“Isu yang ada di sekitar saya, hanya ada di sana dan belum tentu ada di tempat lain.” Kata Audrey.
Prespektif gender menjadi salah satu topik utama yang disoroti dalam pelatihan ini.
Audrey merasakan adanya pandangan baru untuk menyikapi informasi dan berita di masyarakat yang masih menggunakan kata dengan konotasi negatif yang tidak mempertimbangkan prespektif gender seperti “Janda” atau “Atlet cantik”.
“Sebelumnya saya sebagai orang awam merasa biasa saja, tapi setelah saya mendengar, saya jadi merasa ada banyak kalimat yang lebih bagus untuk menggantikannya,” ujarnya.
Sepemahaman dengan rekannya, Rifal, peserta termuda di pelatihan ini juga menuturkan bahwa pergerakan anak muda yang sudah terlibat di media sosial seharusnya sudah bisa menjadi perpanjangan lidah untuk aspirasi mereka.
“Jadi, anak muda tentu harus perlu bepartisipasi, supaya banyak informasi yang tersampaikan di publik, bukan hanya dari berita formal tapi dari berita informal juga,” kata Rifal.
Selain itu, keterlibatan anak muda Kota Palu sebagai seorang jurnalis warga yang menyalurkan isu – isu lokal juga ikut disoroti.
Nur menuturkan, meski tidak ada data yang pasti, partisipasi masyarakat secara umum dalam jurnalisme warga sebenarnya sudah banyak.
“Tinggal bagaimana dikuatkan dan diarahkan tulisannya sehingga tidak mengandung hoaks, misinformasi dan tidak menyesatkan bagi orang yang membaca. Artinya sumbernya harus jelas dan bisa dipertanggungjawabkan,”ujarnya.
Selain itu, peserta kelas jurnalistik juga dilatih mengenai teknik penulisan dan wawancara yang efektif. Dalam teknik penulisannya sebagai seorang jurnalisme warga, harus diperhatikan pemilihan diksi agar tidak merugikan pihak lain dan melihat sudut pandang serta fakta yang ingin diketahui oleh pembaca.
Jurnalisme warga akan membuat masyarakat menjadi melek terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya. Usai kelas pelatihan, Nur menyampaikan harapannya mengenai laporan publik yang dihasilkan oleh peserta parlemen muda sebagai bagian dari transparasi dan akutanbilitas pada masyarakat.
“Harapannya supaya teman – teman peserta bisa mereproduksi lagi anak – anak muda yang melek literasi dan bisa menyebarkan berita yang sifatnya edukatif serta inovatif kepada masyarakat.
Supaya anak muda ini menjadi jembatan bagi warga dan permerintah sehingga akses informasi bisa dirasakan oleh semua, tapi beritanya lebih terjamin dan dapat dipertanggungjawabkanm,” tutupnya.(GITA)