JAKARTA, HAWA – AI atau kecerdasan buatan terus berkembang dan mulai memengaruhi berbagai sektor pekerjaan di seluruh dunia termasuk hadirnya beberapa prediksi AI. Laporan dari Goldman Sachs memperkirakan sekitar 300 juta pekerjaan penuh waktu berpotensi terdampak otomatisasi berbasis AI.

Goldman Sachs menyebut dalam laporan berjudul The Potentially Large Effects of Artificial Intelligence on Economic Growth yang dirilis Maret 2023, bahwa AI telah mengekspos sekitar dua pertiga pekerjaan di AS dan Eropa terhadap otomatisasi. Dari jumlah tersebut, AI berpotensi menggantikan hingga seperempat dari seluruh tugas pekerjaan.

Sektor yang paling berisiko meliputi:

  • Administrasi perkantoran
  • Hukum dan paralegal
  • Arsitektur dan teknik

Goldman Sachs menekankan bahwa disrupsi ini tidak menghilangkan semua pekerjaan, melainkan mengubah bentuk peran dan keterampilan yang dibutuhkan.

Google: Fokus pada Produktivitas, Bukan PHK Massal

Berbeda dengan prediksi global, Google tidak mengumumkan rencana menghilangkan jutaan pekerjaan. Meski perusahaan ini menerapkan AI dalam berbagai lini, termasuk iklan digital lewat alat seperti Performance Max, fokus utama Google adalah efisiensi dan peningkatan produktivitas.

Wakil Presiden Google Cloud, Philip Moyer, menyebut dalam wawancara Oktober 2023 bahwa 80–90% pengguna AI internal melaporkan kepuasan kerja mereka meningkat karena otomatisasi telah mengambil alih tugas-tugas berulang.

Namun, reorganisasi internal tetap terjadi. Google mulai mengintegrasikan AI ke dalam unit penjualan iklan yang melibatkan hingga 30.000 karyawan, meskipun perusahaan tidak menyebutkan adanya PHK langsung akibat langkah ini.

Berbagai lembaga juga merilis proyeksi mengenai dampak AI terhadap pekerjaan:

LembagaPrediksiWaktu
World Economic Forum83 juta pekerjaan hilang, 69 juta baru5 tahun ke depan
McKinsey50% tugas kerja dapat otomatis2030–2060
UNCTAD (2025)40% pekerjaan global terdampak10 tahun ke depan

Sebagian laporan juga menyoroti potensi ketimpangan, terutama di negara berkembang yang belum siap menghadapi perubahan digital secara cepat.

Meskipun ada potensi kehilangan pekerjaan, sejarah menunjukkan bahwa teknologi juga menciptakan lapangan kerja baru. Inovasi sering memunculkan profesi yang sebelumnya tidak ada, seperti analis data, pengembang AI, atau pengawas etika algoritma.

Goldman Sachs memperkirakan AI dapat mendorong pertumbuhan produktivitas global dan meningkatkan PDB dunia hingga 7% dalam sepuluh tahun.ECA