DONGGALA, HAWA — Angka stunting Banawa Tengah terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Puskesmas Delatope mencatat prevalensi turun dari 24,5 persen pada 2022 menjadi 22,1 persen pada 2023, lalu merosot lagi ke 18,7 persen pada 2024.
Kepala Puskesmas Delatope, Ronawati, menyebut keberhasilan ini lahir dari kerja sama erat berbagai pihak. “Kuncinya ada di sinergi. Mulai dari kader posyandu, pemerintah desa, hingga masyarakat, semua terlibat aktif dalam upaya pencegahan stunting,” kata Ronawati pada Kamis (2/10/2025).
Upaya penurunan stunting Banawa Tengah dilakukan melalui pelatihan kader dengan 25 kompetensi dasar. Selain itu, puskesmas juga menggelar sosialisasi di desa, menyediakan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil dengan kondisi kekurangan energi kronis, serta berkolaborasi dengan BKKBN dalam penguatan program keluarga berencana.
Meski angka stunting menurun, tantangan di lapangan masih cukup besar. Menurut Ronawati, sebagian orang tua masih jarang membawa anak ke posyandu. Selain itu, ada yang enggan memberikan imunisasi lengkap, sementara pola asuh kurang tepat juga memengaruhi kesehatan anak.
Ia menambahkan, fenomena pernikahan dini ikut menjadi faktor yang memperberat penanganan stunting Banawa Tengah. Kondisi ini berdampak pada kesehatan ibu dan kualitas gizi anak, sehingga perlu perhatian lebih dari semua pihak.
“Saat ini hasilnya memang menggembirakan, tetapi perjuangan belum usai. Masih ada tantangan berupa minimnya kunjungan ke posyandu, imunisasi yang belum optimal, hingga pernikahan dini yang memengaruhi kesehatan ibu dan anak,” ujarnya.
Ronawati optimistis, angka stunting Banawa Tengah bisa terus ditekan. Ia berharap lahir generasi emas yang sehat, cerdas, dan berdaya saing dari wilayah Banawa Tengah.*/LIA