DONGGALA, HAWA — Lokus stunting di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Pada 2023 tercatat tujuh desa menjadi lokus stunting, kemudian berkurang menjadi tiga desa pada 2024, dan turun lagi menjadi dua desa pada 2025.

Meski terjadi penurunan, Camat Sindue, Tikuala, menegaskan angka stunting di wilayahnya masih tergolong tinggi. Ia menyebut Kecamatan Sindue menempati posisi kedua dengan prevalensi stunting tertinggi dari 16 kecamatan di Donggala.

“Penurunannya memang ada, tapi tidak bisa kita anggap cukup. Peringkat Sindue masih kedua tertinggi, artinya masalah ini harus ditangani dengan lebih serius dan komprehensif,” kata Tikuala pada Selasa (30/09).

Pemerintah kecamatan bersama perangkat desa menyiapkan strategi untuk mempercepat penanganan. Upaya lintas sektor melibatkan tenaga kesehatan, lembaga pendidikan, dan tokoh masyarakat. Program tersebut fokus pada edukasi pola asuh, pemenuhan gizi seimbang, serta kesehatan ibu hamil dan balita.

Selain itu, pemanfaatan dana desa diarahkan untuk mendukung program penurunan stunting. Penggunaan anggaran mencakup penyediaan makanan bergizi, layanan posyandu, hingga perbaikan sanitasi.

“Dana desa harus bisa menyentuh persoalan stunting, karena ini menyangkut masa depan generasi kita,” ujar Tikuala.

Ia menambahkan, keberhasilan penanganan lokus stunting membutuhkan keterlibatan masyarakat. Pemerintah menekankan partisipasi aktif warga dalam setiap kegiatan pencegahan. Dengan langkah bersama dan konsisten, angka stunting di Sindue diharapkan terus menurun.

“Anak-anak kita adalah aset bangsa. Kalau tumbuh sehat, kuat, dan cerdas, masa depan daerah ini akan lebih baik,” tutup Tikuala.*/LIA