TEL AVIV, HAWA – Dua menteri sayap kanan di Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan mundur jika kesepakatan gencatan senjata di yang diajukan oleh Presiden , Joe Biden, disetujui.

Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich, menyatakan penolakan mereka terhadap kesepakatan tersebut karena tidak memuat syarat penghancuran sebagai kelompok teroris.

“Kami menuntut kelanjutan perang hingga dihancurkan dan semua sandera dibebaskan,” ujar Smotrich dalam pernyataannya di platform X.

“Saya menentang pengembalian warga Palestina yang terlantar ke bagian utara .” tambahnya

Ben-Gvir pun menggemakan sentimen serupa, menurutnya hal tersebut adalah sebuah ancaman.

“Ini adalah kesepakatan yang ceroboh, yang merupakan kemenangan bagi terorisme dan ancaman bagi keamanan Negara Israel,” katanya pada Sabtu (2/6).

Ancaman pengunduran diri dari kedua menteri ini muncul setelah Netanyahu mengkonfirmasi bahwa Israel telah menerima kerangka kesepakatan untuk mengakhiri perang yang diajukan oleh Biden, meskipun Netanyahu menyebut kesepakatan itu masih memerlukan banyak perbaikan.

“Kami telah menyetujui kerangka kesepakatan ini karena sangat ingin semua sandera dibebaskan,” kata Ophir Falk, penasihat kebijakan luar negeri utama Netanyahu, dikutip dari The Sunday Times.

“Ada banyak detail yang perlu diselesaikan.” ungkap Ophir.

Kesepakatan yang diajukan Biden mencakup tiga tahap: pembebasan semua sandera yang diambil oleh pada 7 Oktober, penarikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari daerah padat penduduk di Gaza, dan upaya rekonstruksi Jalur Gaza.

Netanyahu menegaskan bahwa kondisi Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.

“Kondisi kami untuk mengakhiri perang adalah penghancuran kemampuan militer dan Hamas, pembebasan semua sandera, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” katanya pada Sabtu (2/6).

Sementara itu, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan dukungannya terhadap proposal pembebasan sandera jika Ben-Gvir dan Smotrich mundur dari .

Jika kedua partai tersebut benar-benar keluar dari koalisi, Netanyahu bisa kehilangan mayoritas di parlemen.

Di lapangan, pertempuran masih berlanjut di Rafah, kota di selatan Gaza. Perang yang telah berlangsung hampir delapan bulan ini dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan mengakibatkan sekitar 250 orang disandera.

Sejak saat itu, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat.*/LIA