BARAT, HAWA — Direktur RS di , dr. Marwan Al-Sultan, tewas bersama dan anak-anaknya akibat serangan udara Israel pada 2 Juli 2025. Serangan tersebut menghantam apartemen mereka di Bundaran 17, Jalan Rashid, Gaza Barat.

Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan “teroris kunci” dari . Namun, rudal dari pesawat tempur F-16 menghantam ruangan tempat dr. Marwan dan keluarganya berada. Sebanyak sembilan warga Palestina tewas, termasuk beberapa anggota keluarganya. Tim medis membawa jenazah korban ke Rumah Sakit Al-Shifa.

Lubna Marwan Al-Sultan, putri korban, menyatakan bahwa keluarganya menyewa apartemen di lokasi tersebut sejak agresi militer dimulai. Mereka mengira tempat itu lebih aman daripada kediaman sebelumnya di Jabaliya.

Kementerian Luar Negeri menyatakan belasungkawa dan mengecam serangan tersebut. “ mengutuk serangan Israel tersebut dan mengapresiasi dedikasi dr. Marwan dalam perjuangan kemanusiaan,” bunyi pernyataan resmi Kemenlu RI pada Rabu. Indonesia juga terus memantau kondisi RS Indonesia di Gaza utara.

Banyak rekan sejawat mengenal Direktur RS Indonesia di Gaza sebagai sosok yang tegas dan berdedikasi. Ia bekerja sama dengan tim kemanusiaan dari berbagai negara seperti Inggris, Prancis, dan Maroko. Selama konflik, ia terus memimpin rumah sakit meskipun fasilitas itu sempat rusak berat akibat serangan sebelumnya.

“Gaza kehilangan seorang dokter hebat. Ia tidak pernah meninggalkan rumah sakit sejak perang dimulai,” ungkap Issam Nabhan, Kepala Perawat RS Indonesia pada Rabu.

Keponakannya, Diaa Al-Najjar, menyebut pamannya terus bekerja hingga saat-saat terakhir.

Kementerian Kesehatan Gaza menyebut dr. Marwan sebagai simbol ketahanan dan dedikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat bahwa serangan sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 1.400 tenaga medis.

Menurut laporan resmi, lebih dari 56.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan Israel. Selain itu, sekitar 133.000 lainnya mengalami luka-luka.

Organisasi seperti CAIR turut mengecam serangan terhadap tenaga medis dan rumah sakit, menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius.LIA