BUOL. HAWA.ID – Pemerintah Kabupaten Buol mempercepat langkah penguatan industri daerah dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema Kelembagaan Pengelola Sentra dan Proses Bisnis Sentra IKM, Senin (17/11), di Aula Dinas PUPR Buol. Forum ini menjadi ruang konsolidasi antara pemerintah daerah, tenaga ahli, pelaku usaha, hingga pemerintah provinsi dalam menata ulang sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) agar lebih produktif dan berkelanjutan.
Wakil Bupati Buol, Moh. Nasir Dj. Daimaroto, yang membuka kegiatan, menegaskan bahwa Buol memiliki potensi besar namun masih terjebak dalam pola lama: menjual komoditas dalam bentuk mentah ke luar daerah.
“Setiap minggu sagu kita dikirim sampai Surabaya dan Bali, tetapi masih mentah. Begitu juga pisang sepatu yang kualitasnya sangat baik, justru jadi keripik di daerah lain. Pola ini harus kita akhiri,” tegas Wabup Nasir.
Dalam arahannya, Wabup menyoroti komoditas unggulan seperti sagu, pisang sepatu, kelapa, garam, buah-buahan, dan hasil perikanan yang seharusnya menjadi kekuatan industri pengolahan daerah. Namun minimnya industrialisasi membuat Buol masih berada pada posisi sebagai pemasok bahan baku.
“FGD ini bukan sekadar diskusi. Kita ingin Buol naik kelas—dari pemasok bahan mentah menjadi pusat pengolahan yang memberi nilai tambah bagi masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Wabup juga menekankan pentingnya penyelesaian persoalan teknis yang menghambat pengembangan sentra IKM, mulai dari kelengkapan dokumen UKL-UPL, standar bangunan yang belum terpenuhi, ketersediaan fasilitas penunjang, hingga lemahnya manajemen kelembagaan.
FGD ini diharapkan menghasilkan rekomendasi konkret, antara lain Penguatan kelembagaan pengelola sentra, Perbaikan infrastruktur pendukung
Peningkatan kapasitas SDM pelaku IKM, Integrasi program pusat–provinsi–daerah,
Penyusunan proses bisnis sentra yang berkelanjutan
Menurut Wabup Nasir, langkah-langkah tersebut sangat penting untuk memastikan sentra IKM mampu menjadi pusat produksi dan bukan sekadar fasilitas yang berdiri tanpa aktivitas.
Pembina Industri Disperindag Provinsi Sulawesi Tengah, Ratna, yang hadir mewakili Kepala Disperindag Sulteng, menyampaikan bahwa kondisi sentra IKM di daerah memang masih memerlukan perhatian serius.
“Banyak sentra IKM belum berfungsi optimal karena sarana prasarana tidak memadai, kelembagaan tidak terbentuk, dan aset tidak terkelola. Termasuk dua sentra di Buol yang dibangun lewat DAK,” jelasnya.
Ratna merincikan, Sentra Nata de coco di Desa Lamadong I belum berjalan karena belum memiliki kelembagaan, sementara Sentra Garam di Desa Tamit kini tidak berfungsi akibat kerusakan fasilitas.
Ia menegaskan bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 dan PP Nomor 29 Tahun 2018 menempatkan penguatan kelembagaan sebagai fondasi utama dalam pembangunan IKM berdaya saing.
Kegiatan ini dihadiri Tenaga Ahli Ditjen IKMA Kemenperin, Iskandar Zulkarnain; Kepala Dinas PUPR, Darsyat; Sekretaris Disperindag Buol, Moh. Rizal Gafur; Kabag Umum Setda Buol, Jamaludin Rioeh; para kepala desa; pelaku usaha berbagai sektor; serta insan pers.
Dengan terselenggaranya FGD ini, Pemkab Buol menegaskan komitmennya untuk membangun ekosistem industri lokal yang kuat, mengoptimalkan komoditas unggulan daerah, dan memastikan bahwa hasil bumi Buol tidak lagi berhenti pada tahap bahan mentah, tetapi melangkah sebagai produk jadi yang memiliki daya saing pasar.RAHMAN