PALU, HAWA.ID – Majelis Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melanjutkan roadshow penayangan khusus atau special screening film LAFRAN di ke sembilan yakni, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (4/6/2024). Special screening film biopik tentang perjuangan sang pendiri Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Lafran Pane digelar di Cinema XXI Palu, Grand Mall, Sulawesi Tengah.

Ketua MW KAHMI Sulteng A. Mulhanan Tombolotutu, Kajati Sulteng Bambang Hariyanto, Kadis Kominfo, Persandian dan Statistik, Sudaryano R. Lamangkona, dan Kadis Kelautan dan Perikanan M. Arief Latjuba turut hadir menyakaikan film LAFRAN.

Hadir pula Koordinator Presidium MN KAHMI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Sulawesi Tengah Rusdy Mastura hingga keluarga besar HMI di Palu.

Dalam sambutannya, Koordinator Presidium MN KAHMI Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengajak semua pihak  untuk menyukseskan film LAFRAN yang diproduksi oleh keluarga besar HMI, KAHMI. Sebab kata Doli, film yang diperankan oleh artis muda berbakat Dimas Anggara ini, menceritakan tentang berdirinya HMI.

“Film ini kenapa harus kita sukseskan? Pertama, film ini adalah film tentang yang menggambarkan lahirnya proses pendirian HMI. Ini bisa dikatakan kalau tidak ada almarhum Lafran Pane, mungkin kita tidak pernah ketemu, tidak pernah kenal satu sama lain sebagai keluarga besar HMI dan KAHMI. Jadi kita ada di sini itu karena almarhum Lafran Pane,” ucap Doli.

Ketua Komisi II DPR ini juga mengaku bersyukur telah menetapkan Lafran Pane sebagai pahlawan nasional. Hal itu kata dia berkat politisi senior yang juga Penasihat Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Akbar Tanjung dan para senior di KAHMI yang gigih memperjuangkan penetapan Lafran Pane sebagai pahlawan nasional.

“Waktu itu Bang Akbar Tanjung dan senior yang lain berjuang sangat gigih, sangat serius, sangat keras, sehingga pada akhirnya dua tahun setengah prosesnya, akhirnya negara memberikan anugerah kepada Lafran Pane sebagai pahlawan nasional,” ucap dia.

Dengan ditetapkannya Lafran Pane sebagai pahlawan nasional tahun 2017 oleh Presiden Jokowi serta hadirnya film Lafran sekaligus memberikan pencerahan ke penonton bahwa HMI bukanlah organisasi yang radikal. Namun HMI kata Doli merupakan organisasi yang menegakkan nilai-nilai Keislaman.

“Jadi ini menegaskan semua bahwa himpunan mahasiwa itu adalah organisasi nasional bukan lagi dituduhkan kalau ada indikasi organisasi radikal, organisasi apalagi, Terbantahkan semua. Tetapi juga HMI bukan organisasi sekuler, Organisasi mahasiswa yang menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam sebagai rahmatan lil’alamin,” ungkap Doli.

Lebih lanjut, Politisi Partai Golkar ini juga bersyukur berkat inisiatif dan kerja keras seniornya Akbar Tanjung, biografi hingga film tentang Lafran Pane terealisasi.  Ia juga menyebut proses produksi film LAFRAN selama tujuh tahun dengan melibatkan empat generasi. Yakni mulai dari generasi dirinya, generasi Akbar Tanjung, Ahmad Nasir Biasane hingga generasi Ketua Umum PB HMI 2013-2015 Muhammad Arief Rosyid Hasan. 

“Dan Alhamdulillah dalam proses pemutaran film ini juga terjadi proses kaderisasi sebagaimana sesuai dengan filosofi organisasi kita. Jadi film ini tergarap oleh empat generasi. Yang pertama generasinya Bang Akbar Tanjung, ada generasinya Bang Nasir Biasane, ada generasinya saya, terakhir ditutup dengan generasinya Adinda Arief Rosyid mantan ketua umum. Jadi prosesnya cukup panjang,” tutur Doli.

Doli juga berharap film karya kolaborasi  MN KAHMI, Reborn Initiative dan Radepa Studio ini menggugah kembali semangat perjuangan yang dilakukan sosok Lafran Pane. “InsyaAllah film ini akan menggugah kita semua, bagi keluarga besar kahmii, atau kita sebagai alumni HMI. Kalau nonton film ini, ini merefresh, mengeluarkan memori kita tentang bagaimana kita menyerap nilai-nilai ke-HMI-an ke Indonesiaan dan keislaman,” jelas Doli.

Di tempat yang sama Sulawesi Tengah Rusdy Mastura mengajak semua pihak termasuk jajaran di provinsi untuk ramai-ramai menonton film yang akan tayang serentak pada 20 Juni 2024. Sambil menangis, Rusdy mengatakan semangat Lafran Pane yang ikut mempertahakan NKRI dan menanamkan nilai-nilai Islam harus dicontoh.

“Saya berkeinginan mengajak semua-semua staf, supaya mengerti semangat perjuangan (Lafran Pane) di masa lalu untuk kebesaran Indonesia dan Islam, walaupun saya tidak sempat di HMI, tapi semangat itu ada dalam diri saya,” kata Rusdy seraya berurai air mata.

Secara terpisah Eksekutif Produser Film LAFRAN Muhammad Arief Rosyid berharap film LAFRAN banyak ditonton generasi muda. Pasalnya kata dia, gagasan Lafran Pane yang menyatukan Keindonesiaan dan keislaman harus terus disampaikan ke publik melalui film.

“Kami ingin masyarakat yang belum tahu menjadi tahu, bahwa ada sosok pemuda Islam yang juga ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan juga mendirikan HMI sebagai organisasi pemuda Islam mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam,” kata Arief.

Pria yang pernah dipercaya menjadi Komandan TKN Fanta Prabowo -Gibran di Pilpres 2024 juga optimis film garapan MN KAHMI dapat mencapai target 1 juta penonton dari kader HMI di 35 melalui Maraton Pertunjukan Khusus.

“Di tengah dominasi film horor, Lafran hadir sebagai film “laen” yang diharapkan dapat memantik kerinduan penonton film Indonesia untuk kembali memenuhi bioskop,” kata Arief.

Sebelumnya, MN KAHMI menggelar special screening seperti di Sorong, Jayapura, Kendari, Makassar. 

Untuk diketahui sosok Lafran Pane dalam film LAFRAN diperankan oleh aktor muda berbakat Dimas Anggara. Film biopik ini mengisahkan tentang sosok aktivis pemuda Islam, Lafran Pane. Lafran dikisahkan tumbuh menjadi pemberontak dan pindah-pindah sekolah, bahkan sempat menjadi petinju jalanan. Sementara abangnya, pujangga Sanusi Pane (Aryo Wahab), dan Armijn Pane (Alfie Afandi), mendorong Lafran agar energinya disalurkan dalam bentuk karya.

Sosok Lafran tumbuh menjadi pemberontak dan pindah-pindah sekolah, bahkan sempat menjadi petinju jalanan. Sementara abangnya, pujangga Sanusi Pane (Aryo Wahab), dan Armijn Pane (Alfie Afandi), mendorong Lafran agar energinya disalurkan dalam bentuk karya.

Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Ia kemudian dibebaskan setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang. Semasa kuliah di , Lafran gelisah melihat kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular, dan melupakan ibadah.

Lafran bersama teman-temannya lalu mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 5 Februari 1947, yang kini menjadi organisasi kampus terbesar di Indonesia hingga saat ini banyak melahirkan tokoh pemimpin Indonesia.*/LIA